Tafsir Surah Fussilat ayat 33-38
33. Siapakah
yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan kebajikan, dan berkata, “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang
muslim (yang berserah diri)
34.
Tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan) dengan
perilaku yang lebih baik sehingga orang yang ada permusuhan denganmu
serta-merta menjadi seperti teman yang sangat setia.
35.
(Sifat-sifat yang baik itu) tidak akan dianugerahkan kecuali kepada
orang-orang yang sabar dan tidak (pula) dianugerahkan kecuali kepada
orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.
36.
Jika setan sungguh-sungguh menggodamu dengan halus (untuk meninggalkan
perilaku baik itu), maka berlindunglah kepada Allah! Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
37.
Sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya adalah malam, siang, matahari,
dan bulan. Janganlah bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan.
Bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.
38.
Jika mereka (orang-orang musyrik) menyombongkan diri (enggan bersujud
kepada-Nya), maka mereka (malaikat) yang (berada) di sisi Tuhanmu selalu
bertasbih kepada-Nya pada malam dan siang hari tanpa pernah jemu.
Hubungan ayat
ini dengan ayat sebelumnya adalah hubungan antara orang-orang yang menyeru
kebaikan kepada Allah, karena menyeru untuk mengesakan Allah dan beribadah
kepada Allah adalah martabat paling tinggi di dunia ini, karena seseorang
pertama sekali menuntut dirinya untuk berusaha menyempurnakan keimanan dan beramal shaleh dan akhlak yang baik dan
berusaha (mengajaknya) manusia sehingga mereka selamat dari siksa neraka, orang
seperti ini adalah sebaik-baik manusia[1],
ketika menjalani visi ini maka pasti akan ada orang yang menolaknya (dan ini
adalah sunnatullah yang pasti dijumpai), pasti akan ditolak oleh orang-orang
pendusta (yang tidak ingin kedustaannya terbongkar), orang-orang yang
mengutamakan syahwat, karena ia tau kebenaran Agama Allah, syariat-syariatnya
tetapi syahwat dunianya, kelazatan bermaksiat, dan terhadap apa yang diharamkan
Allah telah menutup hatinya, Apa yang
meraka lakukan?!, mereka menentang dan menghasut/memusuhi orang-orang agar
memusuhi orang yang mengajak kepada Allah , lalu apa yang dituntut dari seorang
mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran?! Yang dituntut darinya adala
agar ia bersabar, agar ia berihtisab
(mengharapkan pahala dari Allah), dan tetap mengjaknya dengan baik, dan jika
disana ada cara atau metode terbaik dan lebih baik dalam menolak pertentangan,
permusuhan maka hendaklah ia menerapkannya dari sini Allah menjelaskan
وَلَا تَسْتَوِى الْحَسَنَةَ وَلَا
السَّيِّئَةَ disini para ulama mufassirin
menjelaskan bahwa kalimat tersebut merupakan penegasan dari Allah ta’ala وَلَا
تَسْتَوِى الْحَسَنَةَ
وَلَا
السَّيِّئَةَ dan tidaklah sama antara وَلَاتَسْتَوِى السَّيِّئَةَ وَ
الْحَسَنَةَ , lalu apa
yang dituntut dalam keadaan seperti ini?, apa yang dituntut dihapan kita ada Al-Qur’an
yang sering kita bacakan kita pahami? Apa yang diharapkan?!, اِدْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنْ bagaimana maksudnya?, apakah kita
menolak keburukan hanya dengan kebaikan saja?, tidak hadirin, tetapi Allah
menggunakan kalimat isim tafhdil yang bermakna jawablah hasutan, kedengkian,
penolakan mereka dengan “Lebih baik lagi, metode terbaik, cara terbaik”,
(catatan : bukan seperti kebanyakan orang ketika ia dicela maka ia membalas
celaan lebih hebat lagi dan lebih menyakitkan lagi dan apabila lawannya terdiam
dia merasa hebat, ini akhlak iblis sidang jama’ah sekalian), maka Allah ta’ala
menjelaskan apabila metode ini digunakan yakni, metode menolak keburukan dengan
kebaikan, maka
فَاِذَا الَّذِيْ بَيْنَكَ وَبَيْنَهٗ عَدَاوَةٌ
كَاَنَّهٗ وَلِيٌّ حَمِيْمٌ , jika kita melihat sejarah inilah yang
dilakukan Rasulullah kepada Abu sufyan, tiba-tiba orang yang sangat tinggi
permusuhannya antara kamu dengan dia, maka
ia seolah-olah وَلِيٌّ
حَمِيْمٌ apa
arti وَلِيٌّ حَمِيْمٌ teman yang yang sangat
setia/akrab, sebagaimana Rasullah terhadap abu sufyan, dimana awal mula
Rasulullah berdakwah di makkah diantara pembesar-pembesar quraisy yang sangat
membenci dakwah Rasulullah adalah Abu sufyan, namun ketika sesudah fathul
makkah dan dia masuk islam, kemudian bermuamalah dengan Rasulullah, maka sesudah
itu ia menjadi orang sanga dekat peesahabatannya dengan Rasulullah y , lalu kenapa Allah tidak menggunakan
kalimat وَلِيٌّ
حَمِيْمٌ فَإِذَا الْعَدُوُّ , tidak demikian, karena apabila disana ada
rasa sakit hati permusuahan antara dirinya dan rasa sakit hati dalam hatimua
(bahkan ada permusuhan dalam hatimu) kedua, bagaimanapun bentuk permushan
antara dirimu dengannya, namun apabila engkau menolak dengan cara terbaik maka
tiba-tiba dia akan menjadi teman yang setia / akrab.
وَمَا
يُلَقّٰىهَآ اِلَّا الَّذِيْنَ صَبَرُوْاۚ maka tidak
akan dijumpai akhlak tersebut kecuali pada orang-orang yang memiliki keluasan
dan kesabaran hati (artinya) ini amatlah sedikit dijumpai, kecuali terhadap
orang-orang yang benar keimanannya kepada Allah, sabar dijalan kebenaran, sabar
agar tidak mengikuti jalan kebatilan, sabar dalam menegak kebenaran dan
mencegah kemungkaran, .
وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ selain itu mengusahakan sifat ini pada diri
kita Allah juga menegaskan pada kalimat selanjutnya وَمَا يُلَقّٰىهَآ اِلَّا ذُوْ حَظٍّ عَظِيْمٍ dan tabiat ini amat sulit didapatkan
kecuali bagi siapa yang mempunyai akhlak yang agung yang telah Allah berikan
Rezqi terhadap orang yang Ia pilih, maka selain kita berusaha bersabar melatih
sifat ini dalam keadaan seperti ini, kita juga dituntut juga untuk berdoa
kepada Allah dengan doa yang sering kita dengar اللهم اني أسألك ألعفو و العافية
Kemudian pada ayat selanjutnya Allah ta’ala menjelaskan
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗ
Artinya sidang jama’ah sekalian ketika orang yang sabar dan
memiliki sifat yang agung ini dimiliki oleh seorang hamba, apakah syaithan akan
meninggalkannya?, jawabanyya tidak, syaithan tidak meninggalkannya, syaithan
akan mencari jalan berbagai cara agar permusuhan ini terjadi, lalu Allah
menjelaskan, MasyaAllah… lihatlah sidang jama’ah sekalian Indahnya ungkapan,
keesaan Allah ta’ala dalam hal ini, artinya Allah maha tahu telah memberikan
informasi kepada kita bahwa syaithan akan membuat permusuhan kembali pada hati
orang tersebut, oleh sebab itu Allah ta’ala menjelaskan, ٣٥
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ
مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗ
Jika setan sungguh-sungguh menggodamu dengan halus (untuk
meninggalkan perilaku baik itu), maka berlindunglah kepada Allah!
Kemudian apa makna نَزْغٌ disini, نَزْغٌ disini dalam terjemah Al-Qur’an godaan, jika
kita melihat lebih dalam literasi arab نَزْغٌ artinya adalah الطُّعْنَةُ وَ النَّسْخَةُ yaitu
tikaman atau tusukan, syaithan akan mencari cara untuk membangkitkan ketegangan
dan was-was dalam hati kita, namun Allah menutup pintu itu semua dengan
berfirman ٣٥
وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗ, karena was-was syaithan pada dasarnya
bukan lembut saja, tetapi seolah-olah menusuk kedalam hati, نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ artinya
serahkan semua kepada Allah, berindunglah kepada Allah, tambahkanlah amal
shaleh kepada Allah, اِنَّهٗ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ , Allah السَّمِيْعُ apa yang dibisikkan
syaithan عَليْمٌ apa
yang engkau niatkan didalam hati, bisa juga dimaknakan Allah maha mendngar
isti’azah kamu dan maha tau niat dan kebenaran hatimu, bisa juga Allah maha
mendengar terhadap orang yang menyakitimu dan maha mengetahui cara yang
ditempuh orang-orang yang membencimu.
[1]
Sebagaimana Firman Allah ta’ala dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 110
كُنْتُمْ
خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ
عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ
لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
١١٠
lihat vidionya di : https://www.youtube.com/watch?v=_P9nFOjpVME
Komentar
Posting Komentar